Minggu, 18 Oktober 2015

Berbagi Sehat di Pedalaman

Berbagi Sehat di Pedalaman. Tingginya angka kematian ibu dan bayi, masih banyaknya kasus gizi buruk, hingga masih rendahnya angka harapan hidup di daerah-daerah tertinggal yang sangat terpencil, perbatasan, kepulauan maupun daerah bermasalah, masih menjadi masalah utama kesehatan di negeri ini.

Memang sulit dipungkiri, negara kita mempunyai ribuan pulau dengan wilayah yang sangat luas, otomatis daya jangkau pun harus lebar. Masih menjadi kendala menjangkau wilayah-wilayah tersebut karena terbatasnya sarana transportasi yang dapat menjangkau ke sana. Kalau pun ada, waktu yang dibutuhkan cukup lama.

Tapi, Kementerian Kesehatan tetap berupaya mengatasi itu. Tetap berusaha mewujudkan penguatan pelayanan kesehatan primer, terutama dalam hal pembenahan infrastruktur, peningkatan fasilitas kesehatan, dan hingga penambahan SDM kesehatan yang memadai selain dokter.
Pada 13 Oktober 2015, di Artotel Hotel, para blogger diundang oleh tim Puskom DepKes, untuk mendengar lebih lanjut program Nusantara Sehat yang sedang dicanangkan Kemenkes. Hadir sebagai pembicara adalah ibu Diah Samiarsih, seorang Psikolog yang merupakan staf Menkes, kang Maman Suherman, narator dalam acara Lawak Klub di salah satu stasiun TV swasta. Bertindak sebagai moderator adalah Pak Anjari Umarjianto, salah satu staf Puskom Depkes.


Kang Maman Suherman, Ibu Diah Samiarsih, Pak Anjari Umarjianto

Apa Itu Nusantara Sehat? 


Program Nusantara Sehat mengadopsi model Pencerah Nusantara (PN) yang telah ada sebelumnya. Program yang berbasis tim ini terdiri dari beberapa tenaga kesehatan muda dengan usia tak lebih dari 30 tahun. Dalam satu tim yang diterjunkan ke suatu daerah selama 2 tahun, terdiri dari dokter, dokter gigi, perawat, bidan, ahli gizi, ahli kesehatan lingkungan, ahli teknologi laboratorium medik, ahli farmasi, dan ahli kesehatan masyarakat. Mereka akan mendapat gaji dan tunjangan, jangan khawatir tak dibayar.

Para tenaga medis ini akan melalui proses seleksi yang ditetapkan melalui resume, tes tertulis dalam bentuk esai, wawancara langsung, tes psikologi, dan Focus Group Discussion. 


Sudah sekitar 12 ribu orang yang mendaftar menjadi tim Nusantara Sehat. Sayangnya, dokter muda yang mendaftar tak sampai 15 orang. Sepertinya masih banyak yang belum mengetahui info ini. Padahal dibutuhkan cukup banyak dokter muda untuk menjadi tim inti. 

Para dokter muda Indonesia maupun tenaga medis lain yang tertarik bergabung dan ingin menjadi agen penggerak perubahan bersama tim Nusantara Sehat, bisa melakukan pendaftaran secara online melalui www.nusantarasehat.kemkes.go.id atau datang langsung menemui panitia pendaftaran di Kemenkes.

Hal-hal yang akan dinilai adalah kemampuan bersosialisasi, kemampuan berkomunikasi, mempunyai inisiatif, mampu mengambil keputusan, mempunyai komitmen dan juga bertanggung jawab terhadap tugas dan amanah. 

Menurut Ibu Diah, mempunyai komitmen dan tanggung jawab menjadi hal utama yang perlu dijadikan catatan bagi calon peserta, mengingat tanggung jawabnya cukup berat. Sanggupkah peserta selama 2 tahun berada di tempat terpencil dengan minim fasilitas dan sulit berkomunikasi dengan dunia luar?

Bagaimana jika mereka dihadapkan pada situasi  hanya bisa ke mana-mana dengan ketinting tanpa fasilitas keamanan yang memadai? Kemungkinan bertemu binatang buas di hutan atau sungai-sungai? Kondisi-kondisi ini yang perlu dipikirkan, apakah sanggup berada pada situasi seperti itu berbulan-bulan? 


Pak Anjari Umarjianto melakukan wawancara dengan salah satu anggota tim Nusantara Sehat yang sudah bertugas di Long Pahangai, Kalimantan Timur, Putri Indah Nirmala. Dari hasil wawancara diketahui untuk sampai ke Lokasi, Puteri dan tim butuh waktu 9 jam untuk sampai di Kabupaten Mahakam Hulu, kemudian disambung lagi perjalanan 6 jam dengan kapal, dan 6 jam berikutnya dengan ketinting. Bayangkan 6 jam di ketinting, perahu kecil yang dekat sekali dengan air. Bagaimana jika bertemu buaya?


Program Nusantara Sehat ini bukan untuk menggantikan pelayanan kesehatan primer yang sudah ada, melainkan untuk memberikan penguatan terhadap pelayanan. Agar pelayanan yang diberikan menjadi lebih baik dan dapat meningkatkan akses layanan hingga jauh ke pelosok. Yang lebih penting dari itu semua adalah membentuk pola hidup sehat di masyarakat, agar upaya preventif dan promotif berjalan dengan baik.

Gap antara paradigma sehat dan pengetahuan kesehatan yang dimiliki masyarakat di daerah-daerah terpencil ini cukup besar, inilah yang berusaha diminimalkan. 


Menurut Kang Maman Suherman, upaya membangun paradigma sehat perlu terus diupayakan untuk membentuk pola hidup sehat di masyarakat. Jika perlu, libatkan blogger untuk membantu.


Sudah saatnya kita berbagi sehat hingga ke pedalaman.