Minggu, 09 Desember 2018

Benarkah Lulusan SMK kurang dibutuhkan?



Pada hari Kamis, 6 Desember 2018 lalu, tercetus bahasan tentang lulusan yang banyak menganggur justru lulusan SMK. Lulusan sekolah yang mustinya sudah siap kerja.



Apa pasal? Kenapa kog malah lulusan SMK yang lebih banyak menganggur?




Pak Mohamad Nasir, Kemenristek dikti, pada hari Kamis 6 Desember 2018 lalu menyebutkan, ada beberapa hal yang menjadi penyebab hal ini terjadi.

1. Ilmu yang diajarkan di SMK kini sudah banyak yang tidak relevan lagi dengan kebutuhan industri di masa kini

Untuk itu pak menteri kini sedang berupaya untuk melakukan beberapa perubahan. Jika dulu dikti mewajibkan dosen minimal S2. Kini, beberapa dosen juga bisa dari kalangan praktisi, orang-orang yang berkompeten, mampu, punya skill dan bersertifikat.

2. Banyak SMK yang hanya asal-asalan saja menerima siswa, asal-asalan membuat jurusan dan kurikulum tidak disesuaikan dengan kebutuhan industri

3. Jumlah tenaga yang dibutuhkan, tak sebanding dengan jumlah siswa SMK. Ibarat butuhnya cuma 1000, tenaga yang tersedia 5000. Ga sebanding kan?

Tak berbeda jauh dengan pak Menteri, Dirjen Dikdasmen (pendidikan dasar dan menengah) Kemendikbud, pak Hamid Muhammad menyebutkan bahwa banyaknya lulusan SMK memang tak sebanding dengan kebutuhan tenaga kerja. Belum lagi banyak guru-guru SMK yang ternyata tak mempunyai skill yang memadai, alat-alat dan fasilitas yang kurang, dsb. Untuk itu, dikdasmen saat ini sedang melakukan revitalisasi SMK dengan membuat mapping road pengembangan SMK, pengembangan dan penyelarasan kurikulum, inovasi pemenuhan dan peningkatan profesionalitas guru dan tenaga pendidik, kerjasama dengan dunia usaha, industri, dan perguruan tinggi, meningkatkan akses sertifikasi lulusan SMK dan akreditasi SMK, dan membentuk kelompok kerja pengembangan SMK.

Ditjen Bina Konstruksi Kementerian PUPR, Bu Dewi Chomistriana menyebutkan, bahwa jajarannya saat ini justru sedang kekurangan banyak tenaga ahli konstruksi. Mereka justru sedang membutuhkan banyak tenaga di bidang konstruksi. Maklum di masa pemerintahan presiden Jokowi ini pemerintah memang sedang giat-giatnya melakukan pembangunan di sana sini. Berbagai proyek terus berjalan dan butuh percepatan dan tenaga ahli yang kompeten. Sayangnya, tenaga ahli yang dibutuhkan ini masih sangat kurang.




Untuk menggenjot dan memenuhi kebutuhan ini tenaga di bidang konstruksi ini, ditjen bina konstruksi sampai melakukan berbagai upaya pelatihan dan melakukan upaya jemput bola. Beberapa lulusan dilatih dan menjadi pekerja magang sambil mereka dilatih untuk menjadi tenaga ahli.

Hal ini tentu jadi fenomena yang menarik. Di satu sisi katanya banyak lulusan SMA yang menganggur tapi di sisi lain ternyata sedang membutuhkan banyak tenaga kerja. Berarti ada kesenjangan kan?

Acara diskusi media "Membangun Indonesia dengan Tenaga Kerja Berkualitas" yang difasilitasi Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) yang diadakan di Pendopo Gubernur Banten. Serang ini menjadi makin menarik dengan hadirnya Gubernur Banten, Pak Wahidin Halim. Pak Gubernur memang mengakui terjadinya kesenjangan ini. Untuk itu sedang dilakukan pembenahan dalam melakukan perubahan kurikulum SMK, agar bisa menyesuaikan dengan kebutuhan industri terkini.